GATRAnews - Senin, 03 Agustus 2015 21:27
Jayapura, GATRAnews- Kondisi Koperasi Papua mengalami masa suram. Banyak koperasi di Papua yang jalan ditempat bahkan sudah gulung tikar. Dari 3000-an koperasi yang terdaftar di Papua, hanya ada 1754 koperasi yang aktif. Dari koperasi yang aktif itu, hanya ada 401 koperasi yang melakukan rapat tahunan.
“Jangan-jangan koperasi yang melaksanakan rapat ini koperasi plat merah. Ini harus dirinci dan didata baik, mana koperasi masyarakat dan mana koperasi plat merah,” kata Asisten II Sekda Provinsi Papua, Elia Loupatty dalam pembukaan seminar sehari koperasi di Papua menuju koperasi yang bangkit, mandiri dan sejahtera, Senin (3/8) di Jayapura.
Ditempat yang sama, Ketua Dewan Koperasi Wilayah Papua (Dekopinwil), Sulaeman Hamzah mengatakan saat ini koperasi yang masih aktif di Papua, rata-rata dikelola oleh kesatuan polisi dan TNI.
Sejumlah koperasi ini masih aktif, dikarenakan adanya komando kebawah dan anggotanya terkoordinir dengan baik. Namun, koperasi yang berada ditengah masyarakat justru sudah banyak yang keluar dari roh koperasi yang sesungguhnya.
Misalnya saja di pasar-pasar tradisional, banyak koperasi simpan pinjam yang mengatasnamakan koperasi, namun tak memiliki keanggotaan dan melakukan pinjaman orang per orang dengan bunga yang cukup tinggi.
“Padahal prinsip koperasi itu, disepakati oleh kedua belah pihak, pengelola maupun keanggotaannya. Tapi yang terjadi saat ini, malahan banyak oknum yang mengatasnamakan koperasi, tapi bunga pinjaman mencekik orang yang meminjam uang itu,” katanya.
Dulu, kata Sulaeman, ada penyuluh lapangan yang tergabung dalam koperasi. Entah itu di koperasi pedagang ataupun koperasi para petani.
Para penyuluh ini melakukan pemantauan langsung misalnya dengan kekurang pupuk, pasaran hasil kebun yang tak jalan dan lain sebagainya. Hasilnya sangat bagus dan menolong para petani atau pedagang yang ingin menjual hasil kebunnya.
Tapi saat ini, penyuluh lapangan tak ada dan keadaan semakin hari semakin merosot. Kedepan, Dekopinwil akan melatih putera asli Papua untuk mengelola koperasi sampai di tingkat distrik, minimal di ibukota kabupaten yang berada di pedalaman Papua.
Selanjutnya harus diikuti dengan proteksi untuk pelayanan sembilan bahan pokok menggunakan subsidi angkutan dan diharapkan masyarakat pedalaman dapat dilayani melalui koperasi dengan harga yang terjangkau.
“Kami sadar, bahwa di Papua lebih besar pengaruh budaya dan adat istiadat. Maka dari itu, dalam seminar ini diharapkan masukan dari semua pihak terkait untuk memformulasikan atau merumuskan koperasi di Papua,” jelasnya.
No comments:
Post a Comment